Bisnis.com, JAKARTA - Tahta Suci Vatikan menggelar prosesi pemilihan Paus baru (Konklaf) pada 7 Mei 2025 atau 15-20 hari setelah wafatnya Paus Fransiskus.
Prosesi Konklaf kali ini akan dihadiri oleh 133 kardinal dari berbagai negara dengan syarat usia di bawah 80 tahun. Seluruh kardinal yang hadir dalam konklaf, termasuk Uskup Kardinal Ignatius Suharyo dari Indonesia, memiliki hak untuk memilih dan dipilih.
Konklaf ke-76 yang digelar di Kapel Sistina pada hari ini adalah untuk memilih Paus ke-267. Tidak ada batasan waktu dalam sebuah rangkaian Konklaf sehingga umat Katolik hanya bisa menunggu asap putih yang menandai terpilihnya Paus baru.
Dilansir dari ABC, setelah seorang kardinal terpilih, dia akan ditanya oleh dekan Dewan Kardinal - dalam konklaf ini, kardinal Italia Giovanni Battista Re — apakah bersedia menerima pemilihan kanoniknya sebagai Paus. Jika dijawab 'ya', dia akan ditanya dengan nama apa ingin dikenal.
"Seorang Paus baru mungkin memilih namanya karena sejumlah alasan yang 'aneh dan individual', kata Clare Johnson, direktur Pusat Liturgi ACU, dan profesor studi liturgi dan teologi sakramental.
Paus Fransiskus adalah yang pertama menggunakan namanya dan memilihnya untuk Santo Fransiskus dari Assisi , seorang santo Italia abad ke-13 yang terkenal karena lingkungan hidup, kemiskinan, dan pelayanannya kepada sesama.
Baca Juga
"Mereka dapat memilih nama apa pun yang mereka inginkan, tetapi dalam kasusnya, nama tersebut diambil dari seseorang yang menjadi sumber inspirasi besar baginya," kata Profesor Johnson.
Walhasil, alasan pemilihan nama oleh Paus baru sangatlah personal.
"Mungkin salah satu rasul, mungkin salah satu paus lain dalam sejarah … tetapi itu akan menjadi pilihan yang sangat pribadi," ujarnya.
Adapun, nama kepausan yang paling populer sejauh ini adalah Yohanes, dengan 21 paus dengan nama itu sepanjang sejarah.