Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat menegaskan tidak terlibat dalam serangan militer Israel terhadap Iran yang diluncurkan pada Jumat (13/6/2025).
Dikutip melalui Reuters, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio menyatakan bahwa Israel bertindak secara sepihak demi kepentingan pertahanan diri.
“Israel mengambil tindakan sepihak terhadap Iran. Kami tidak terlibat dalam serangan tersebut dan prioritas utama kami adalah melindungi pasukan Amerika di kawasan,” ujar Rubio dalam pernyataan resminya, dikutip Jumat (13/6/2025).
Oleh sebab itu, Rubio pun menegaskan Iran tidak seharusnya menargetkan kepentingan atau personel Amerika atas kejadian tersebut.
Di sisi lain, Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Presiden AS Donald Trump menggelar pertemuan Dewan Keamanan Nasional pada Jumat pagi untuk membahas situasi tersebut.
Trump sebelumnya sempat mengatakan bahwa serangan Israel ke Iran sangat mungkin terjadi tetapi dia tetap menyuarakan harapannya agar konflik dapat diselesaikan secara damai.
Baca Juga
Sementara itu, Kepala Staf Militer Israel Jenderal Eyal Zamir, menyatakan bahwa puluhan ribu tentara telah dikerahkan di seluruh perbatasan.
“Kami sedang berada dalam kampanye historis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah operasi krusial untuk mencegah ancaman eksistensial dari musuh yang bertekad menghancurkan kita,” kata Zamir.
Ketegangan yang meningkat akibat serangan Israel menyebabkan harga minyak mentah dunia melonjak, memicu kepanikan di pasar keuangan global dan mendorong investor beralih ke aset-aset aman.
Di tengah situasi ini, putaran keenam pembicaraan antara pejabat AS dan Iran terkait eskalasi program pengayaan uranium Teheran yang dijadwalkan berlangsung di Oman pada Minggu tampaknya terancam batal.
Menurut sumber dari kedua negara dan mediator Oman, perundingan sebelumnya telah menemui jalan buntu.
Sumber di lingkungan pemerintahan AS mengungkapkan bahwa intelijen Amerika telah mendeteksi rencana Israel untuk menyerang fasilitas nuklir Iran dalam beberapa hari terakhir.
Dalam kondisi yang semakin tidak pasti, militer AS dilaporkan tengah bersiap untuk menghadapi berbagai skenario di Timur Tengah, termasuk kemungkinan evakuasi warga sipil Amerika dari kawasan.