Bisnis.com, JAKARTA — Hubungan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan miliarder Elon Musk berubah menjadi permusuhan terbuka. Semula, Musk merupakan pendukung kuat Trump yang rela menyumbang hampir US$300 juta untuk kampanye presiden dari Partai Republik itu.
Namun, kedekatan itu sirna kala Musk mengkritik keras Rancangan Undang-Undang (RUU) Pajak dan Kebijakan dalam Negeri AS. Dia bahkan mengecam RUU itu sebagai ‘kekejian yang menjijikan’.
Mengutip Reuters pada Sabtu (7/6/2025), dua pejabat Gedung Putih yang mengetahui situasi itu mengatakan bahwa Trump bingung dan frustasi atas serangan Musk terhadap RUU—yang disebut Trump sebagai ‘beleid besar dan indah’ tersebut.
“Namun Trump masih menahan diri, karena dia ingin mempertahankan dukungan politik dan finansial Musk menjelang pemilu sela tahun 2026. Namun pada Kamis sore [5/6/2025], suasana hati Trump berubah drastis,” tutur kedua pejabat tersebut.
Keesokan harinya, Jumat (6/6/2025), seorang pejabat Gedung Putih lainnya menyampaikan bahwa Trump tidak tertarik untuk berbicara dengan Musk, sehingga tak ada rencana panggilan telepon di antara keduanya.
Adapun, Gedung Putih mengaku Trump dan pihaknya terkejut dengan perubahan sikap Musk itu. Pasalnya, kedekatan hubungan mereka dianggap luar biasa di Washington DC.
Baca Juga
Kedekatan ini ditujukan dari kebijakan seorang presiden yang memberikan akses dan pengaruh besar kepada CEO teknologi miliarder di dalam Gedung Putih. Kemudian, sang miliarder yang rela menghabiskan hampir US$300 juta untuk kampanye sang presiden.
Bahkan minggu lalu Trump masih menjamu Musk dalam acara perpisahan usai Musk mundur dari jabatan Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE) dan menyatakan seakan-akan Musk belum benar-benar pergi.
Namun nyatanya, bagi Trump saat ini Musk tak hanya pergi, tetapi juga berubah menjadi salah satu kritikus terkerasnya. Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih menyebut ini sebagai “episode yang disayangkan dari Elon, yang kecewa karena RUU Besar dan Indah ini tidak mencakup kebijakan yang dia inginkan.”
Menilik awal mula ketegangan antara Trump dan Musk, dua pejabat Gedung Putih membeberkan sudah terjadi selama beberapa minggu. Mereka menduga titik puncaknya adalah soal personalia yakni keputusan Trump untuk membatalkan pencalonan Jared Isaacman—kandidat pilihan Musk—sebagai administrator NASA.
“Dia [Musk] tidak senang soal Isaacman,” kata salah satu pejabat Gedung Putih.
Mereka melanjutkan, sebelum kejadian Isaacman, para Menteri Trump diam-diam mulai membatasi pengaruh Musk secara perlahan dengan mencabut wewenangnya atas keputusan personel dan anggaran.
Di saat yang sama, Musk mulai memberi sinyal bahwa masa tugasnya di pemerintahan akan segera berakhir, sambil mengungkapkan frustrasi karena tidak bisa memangkas pengeluaran lebih agresif.
Dampak Besar Bagi Keduanya
Permusuhan antara Trump dan Musk bisa berdampak besar bagi masa depan keduanya. Misalnya saja saham Tesla anjlok 14% pada Kamis (5/6/2025), meskipun kemudian mulai pulih pada esok harinya, Jumat.
Secara spesifik, kehilangan dukungan Musk bagi Trump dapat melemahkan pengaruhnya di kalangan ahli teknologi, pengguna media sosial, hingga pemilih pria muda. Ini bisa menyulitkan Trump dalam upaya penggalangan dana untuk Pemilu mendatang.
Sementara itu, Musk diduga akan mendapatkan kerugian yang lebih besar. Permusuhan ini berisiko mengundang sorotan lebih tajam terhadap praktik bisnisnya, yang bisa membahayakan kontrak pemerintah serta memicu penyelidikan regulasi yang mengancam keuntungan perusahaan-perusahaannya.