Bisnis.com, JAKARTA - Lumajang memiliki tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakatnya untuk menyambut datangnya musim kemarau.
Tradisi unik tersebut yakni lomba atau karapan marmot. Hal ini juga menjadi sarana hiburan bagi warga sekitar yang hobi memelihara marmot.
Melansir Antaranews, karapan marmot sempat dilakukan oleh 48 partisipan di Desa Tegalbangsri pada 18 Mei 2025.
Karapan ini pun dibuat dengan sederhana, di mana masyarakat hanya membuat lintasan berbentuk persegi panjang.
Kemudian pinggiran lintasan diberi pagar bambu agar marmot tetap berada di jalur lintasan saat melakukan balapan.
Terbaru pada Minggu (1/6/2025), tradisi karapan marmot kembali digelar oleh masyarakat Lumajang, tepatnya di Desa Selokbesuki, Kecamatan Sukodono.
Baca Juga
Perlombaan tersebut diikuti oleh 32 peserta untuk menyambut musim kemarau sekaligus mengisi waktu libur panjang Kenaikan Yesus Kristus.
Menjadi hewan peliharaan hingga dijadikan hobi masyarakat, berikut fakta menarik dari marmot.
Fakta menarik Marmot
Marmot yang diberi nama prairie dog atau tikus padang rumput bukanlah tikus. Meskipun bentuk tubuhnya memang mirip seperti tikus.
Namun mereka termasuk ke dalam bagian keluarga hewan pengerat dengan bentuk badan besar dan ekor yang lebih pendek.
Biasanya, marmot hidup dalam koloni atau kelompok besar di bawah tanah.
Nah berbeda dengan tikus, marmot merupakan hewan herbivora yang lebih sering makan tumbuhan serta biji-bijian.
Marmot juga senang makan sayur dan buah-buahan.
Melansir Fourpaws, terdapat seekor marmot tertua yang tercatat pernah hidup hingga usia 14 tahun dan 10 bulan.
Padahal marmot normal memiliki rentang usia maksimal 7 hingga 10 tahun.
Hal unik lain dari marmot yakni mereka bisa memakan kotorannya sendiri. Namun sebenarnya, mereka hanya memakan satu dari dua jenis kotorannya – jenis yang berasal dari sekum.
“Nutrisi sekum” tersebut memberi mereka vitamin B dan vitamin K yang berharga. Selain itu, vitamin-vitamin ini berkontribusi pada metabolisme yang sehat dan mencegah penyakit pada saluran pencernaan.
Marmot dapat bersiul dan memiliki suara melengking seperti menyanyi. Menariknya, mereka dapat mendengar lebih baik daripada manusia yang memiliki frekuensi antara 16 dan 20.000 Hz, tetapi marmut dapat mendengar hingga 46.000 Hz